Lulus bulan Juni, tapi sampai sekarang masih
pengangguran, What..??. Yah aku gak pernah ngambil pusing dengan semua itu
hehehehe, sukacitannya masih meluap-luap. Bukan gara-gara gw gak berusaha tapi
memang gak berusaha hahah. Aku belum heboh-heboh amat nyari kerjaan tapi
perasaannya damai-damai aja. Terserah deh orang mau bilang ”Terlalu santai” ato
apa,tapi sampai sekarang itu semua belum cukup berpengaruh untuk buat gw
stress.
Gw ingat peristiwa beberapa tahun yang lalu. Nah,
aku sebenarnya lulusan 2007, tapi baru kuliah tahun 2008. Why? Yah karna gak
masuk spmb. Setelah tau gak lulus, ortu nanya jadi sekarang kamu gimana, mau
kuliah di swasta ato bimbingan. Aku bilang mau bimbingan setahun aja. Semua
sudah deal.
Kira-kira
setengah jam kemudian , aku masuk kamar en tiba-tiba Roh Kudus ngomong kalo aku
harus tinggal di kampung dulu. Aku gak ngerasin hatilah dan perasaan
damai-damai aja. Perkataan itu begitu kuat, dan aku hanya bilang ke Babe ”
Ya,aku mau tinggal di sini dulu, tapi jangan aku yang minta sama ortu ya, biar
mereka ya ngomong sendiri.” Eh gak selang beberapa menit my dad datang dari
belakang (abis ngurusin ayam-ayamnya) en told me ” gimana kalo kamu
bimbingannya bulan januari aja, jadi setengah tahun di sini dulu.” Yah aku
langsung iyakan saja.
Sebenarnnya sebelum pengumuman SPMB 2007 gw udah
ragu gak bakalan menang karena beberapa hari sebelumnya Pendeta kami lagi
kotbahin Kisah Para Rasul 1:4 ”Pada suatu hari, ketika Ia makan bersama-sama dengan
mereka, Ia melarang mereka meninggalkan
Yerusalem, dan menyuruh mereka
tinggal di situ menantikan janji Bapa- yang demikian kataNya- telah kamu
dengar dari pada-Ku.” Begitu gw dengar tu Firman, itu langsung nancep cep cep dan gw tau kalo
Tuhan lagi ngomong kalo untuk sementara itu aku harus tinggal di kampung dulu.
Gak tau untuk apa harus tinggal sementara , tapi yang jelas aku damai dengan
semua itu, gak jadi berontak ato gak nuntut-nuntut biar lulus. Itulah enaknya
kalo Tuhan ngomong, perasaan kita damai aja dibuatNya walopun perintahnya gak enak.
Beberapa tahun setelah itu, gw coba-coba mengingat
kenapa Tuhan dulu nyuruh aku tinggal di kampung untuk sementara waktu,
sepertinya gak ada yang spesial tuh. Aku terus coba untuk mengingat,
mempertajam ingatan tapi aku gak bisa mengingat apa-apa, dan memang sepertinya
gak ada yang spesial.
Beberapa bulan yang lalu, gw udah lupa lagi
ngapain waktu itu, tiba-tiba aku ngingat pernah ngasi nomor hape ke seorang
hamba Tuhan. You know guys, aku baru punya hape setelah lulus SMA. En tiba-tiba
gue ingat semua apa yang terjadi ketika aku harus tinggal sementara waktu di
Sarulla city. Pada saat hamba Tuhan itu datang dari pulau Jawa, mereka ada tiga
orang. Pemimpin mereka berkata sesuatu hal ” Di dalam Roh saya bisa rasakan
......” heheheh gw gak akan meneruskannya
karena ini rahasia, but oneday I’ll tell you. Ketika beliau mengatakan nubuatan
itu, aku bisa rasakan itu perkataan
langsung nancap begitu kuat en tu Firman benar-benar hidup. Kemudian beliau
berkata lagi, ini akan terjadi tapi kamu harus terus merenungkannya siang dan
malam. Persis deh kayak Kisah para rasul 1 tadi, tinggal sementara untuk
menerima janji Bapa.
Memang tu Firman nancap terus dihatiku en siang
malam gak pernah lupa. Gue jadi ingat
perkataannya Joel Osteen ” Sometimes when the dream is really big, you
embrace it, and somehow it feels like
the dream embraces you.” Gue benar rasain itu banget, en gw lebih suka
pernyataan yang gw bold itu.
Jadi
kalo memang kamu ingat terus sama tu Mimpi, kok bisa lupa apa yang spesial
ketika tinggal sementara di kampung? Pertannyaan yang menarik. Begini, aku
selalu merenungkannya siang dan malam tapi selama beberapa tahun aku lupa kalo peristiwa
itu terjadi tahun 2007. Sebelumnya menurutku itu terjadi pas masa SMA ato SMP,
tetapi begitu aku ingat tentang nomer hape tadi aku langsung ngeh kalo
peristiwa itu terjadi tahun 2007 setelah lulus SMA, bukan pas SMA ato SMP
karena sebelumnya aku belum punya nomer hape.
Yah
cerita mimpinya udahan dulu ya, kalo Tuhan bilang ceritain lagi ntar deh ada
saatnya gue bakalan cerita panjang lebar en apa sebenarnnya yang dikatakan si
Hamba Tuhan tadi. Untuk sementara Tuhan Cuma bilang simpan dulu tu mimpi di
hatimu en teruslah merenungkannya.
Kembali
ke paragrap pertama tentang bagaimana gue tetap ngerasa damai-damai aja walopun
jadi pengangguran, karena itulah yang aku rasakan dulu saat harus tinggal untuk
sementara di kampung, walopun semua lulusan SMA pada saat itu rata-rata gak ada
yang tinggal di kampung, kalo gak merantau ya kuliah, walopun banyak orang yang
liatin mengapa ni anak disini-sini aja. Banyak yang nanya juga kenapa gak
kuliah pada saat itu ato pergi kemana kek,, tapi itu semua gak buat gue stress,
karena aku tau Dia beri aku kekuatan biar gak terlalu mikirin semua
omongan-omongan orang lain tadi.
Mengenai
rencana ke depan, you know guys aku bukan seorang planner yang baik, mau kerja
dimana, gue gak tau. Aku hanya seorang yang percayakan setiap langkahnya pada
Bapa di surga. Hari ini gue melangkah kemana, besok mau kemana, lusa
kemana biarlah Tuhan yang tetapkan langkah-langkahku. Dia adalah gembala yang baik dan teramat baik, dan ketika kita jadikan Dia jadi gembala kita, percayalah Dia gak akan pernah mengecewakan.
Jadi ngapain aja gue dikampung?
Meskipun di kampung, gw juga bangun cepat loh,
abis sate biasanya baca-baca. Abis itu menghayal hehehehh. Jam tengah sembilan
nyuci, nyapu. Jam 11 kadang-kadang gue tidur lagi hehehe capek boo. Makan
siang, baca-baca, nonton, belajar naik motor hehehe (bekal kalo udah kerja
nanti), nyetrika, masak, makan malam, baca-baca. Yah gitu deh rutinitasnya.
Gue terinspirasi nulis yang ini karena selasa kemaren seorang hamba Tuhan
kotbah tentang Mazmur 23. Ceritanya hampir-hampir sama dengan apa yang aku
alami, bagaimana beliau pernah lupa kapan hari dia buat sesuatu janji dengan Tuhan dan baru
mengingatnya enam tahun yang lalu kalo itu terjadi saat dia masih SMP. Sekarang
beliau udah punya tiga orang anak dan anak yang pertama udah duduk di bangku SMA dan apa yang dulu menjadi
doanya tanpa dia sadari telah terjadi dalam hidupnya beberapa tahun yang lalu.
Mazmur 23
Tuhan adalah
gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku di
padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Ia menyegarkan jiwaku,
Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Sekalipun aku berjalan
dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu
dan tongkat-Mu itylah yang menghibur aku.
Engkau menyediakan
hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak;
pialaku penuh melimpah.