Sunday 14 October 2012

Rencana Pemerintah Menghilangkan Pelajaran Bahasa Inggris dari Kurikulum SD (Bagaimana nasib kami anak daerah?)


Tulisan ini saya fokuskan tentang anak-anak yang tinggal di daerah.

Gara-gara baca postingannya ci Shinta, saya terinspirasi mau nulis tentang rencana pemerintah mau menghilangkan MaPel Bahasa Inggris dari kurikulum SD. Beberapa waktu yang lalu Mendikbud mengisyaratkan akan menghapus mata pelajaran ini dari kurikulum SD. Sebenarnya ini belum final dan  masih melihat reaksi publik bagaimana. Makanya saya terbeban menulis postingan ini sebagai salah satu aksi penolakan terhadap kebijakan tersebut, kali-kali Pak Mentri membacanya heheheh.

Era sekarang ini adalah eranya globalisasi dimana bahasa pengantar yang dipakai di dunia adalah bahasa Inggris. Kita dituntut bukan oleh pemerintah tapi oleh zaman untuk menguasai bahasa ini. Masa-masa SD merupakan masa yang tepat untuk mempelajari bahasa dan mereka itu akan lebih cepat nangkap karena otak mereka masi cepat menerima impuls. Tapi sangat disayangkan, pemerintah berencana menghapuskannya dari kurikulum SD. Kalau kurikulum bahasa Inggris SD dihapus itu justru kemunduran dan akan menyulitkan kita ikut berpartisipasi di dunia internasional

Mungkin bagi warga kota besar atau setingkat kabupaten sekalipun ini gak akan menjadi suatu masalah, mereka masih bisa tetap ikut les. Tapi, bagaimana SD yang tinggal di kampung seperti saya ini.  Okelah di tempat kami sudah ada les, bagaimana di tempat yang lebih pelosok lagi, yang gak ada buka les sama sekali. Apakah kita harus membiarkan yang sudah tertinggal semakin tertinggal?


Bagaimana kalo orang tuanya maaf kata kurang berpendidikan, tamat SD aja nggak dan mereka hanya berharap ya di sekolah lah tempat bagi anak-anaknya untuk belajar bahasa. Bukan gara-gara mereka gak mau ngajar anaknya loh, tapi mereka benar-benar gak punya ilmu itu. Kita gak bisa tutup mata terhadap hal ini, masih banyak hal-hal seperti ini yang terjadi khususnya di daerah pedesaan.

Satu kerinduan dari setiap orang tua adalah melihat anaknya lebih hebat dari mereka. Ketika mereka udah capek-capek kerja di sawah atau di ladang sana dan ketika pulang mereka mendengar anaknya berkata ”Good evening mom, good evening Dad.” Saya yakin rasa capek si orang tua akan terobati karna bangga anaknya bisa bahasa Inggris, dan mereka pasti akan cerita ke orang-orang ” wah anak saya sudah pintar bahasa inggris” dengan begitu polos, tulus dan bangga.

Sewaktu SMA kelas satu, seorang guru bahasa Inggris kami pernah berkata “ Saya mau tes kemampuan bahasa Indonesia kalian, ngapain kita belajar bahasa Inggris kalo bahasaIndonesia aja  belepotan.” Waktu itu beliau menunjuk salah seorang yang kebetulan tidak menguasai bahasa Indonesia.

Guru    :  Hey kamu, apa bahasa bataknya “ Nenekku menangis tersedu-sedu”
Siswa A  : (*dengan muka kebingungan dan detak jantung yang semakin kencang*) Oppungku tangis mekke-ekkel ( Kalo terjemahan secara harafiahnya “ Nenekku menangis ketawa-ketawa)
Sebagai seorang yang normal dengar terjemahan itu kita pasti langsung ketawa-ketawa. Tapi saya sadar, dia begitu karna di rumah mungkin orang tuanya hanya pakai bahasa daerah. Dari kecil mungkin dia jarang pakai bahasa Indonesia. Harapan orang tuanya dengan sekolah lah mereka bisa lebih memahaminya. Dan ketika kami menertawakan dia, saya sangat yakin dia juga pasti malu.

Jadi sebaiknya Pemerintah  tidak gegabah dalam mewujudkan rencana penghapusan mata pelajaran bahasa Inggris di SD, lihatlah kami yang di daerah ini yang semua serba terbatas. Tinjaulah sekolah-sekolah bukan hanya yang ”WOW” saja, tapi juga kami yang di pelosok karena kami juga ingin menjadi orang-orang yang lebih maju yang bisa bersaing dengan dunia internasional :D