Wednesday, 6 November 2013

Betapa Pentingnya Mengingat dan Memegang Apa yang Tuhan Sudah Katakan


Hola halo beta su lama gak jenguk ini blog,, debu dimana-mana, banyak yang berantakan en tadi  harus nyapu sana-sini dulu :). Oh iya, sebenarnya tahun ini banyak hal yang terjadi, suka, duka, bahkan saya yang dulunya udah lupa bagaimana caranya jungkir balik, akhirnya dimampukan  kembali hahaha. Nanti saya ceritain alasannya mengapa.

Nah satu setengah tahun yang lalu as I told you here, dimana TUhan ngomong kalo aku harus bayar harga lebih di depan sana. Waktu itu,hampir tiap pagi subuh, sekitaran jam 3 an Tuhan selalu bangunin saya dan suruh berdoa. Tuhan katakan  “Engkau harus bangun tembok pertahanan karena engkau akan menghadapi masa – masa kesesakan.”  
Saya mulai belajar dari Raja Asa, dari Raja Daud, apa yang dilakukan Daud ketika dia tidak kuat lagi untuk menangis , walaupun harga yang harus dibayar itu belum terjadi bahkan belum menunjukkan tanda-tanda.

Hal yang paling saya pelajari dari Daud waktu itu adalah tentang kepergiannya ke Rama dan Nayot karna Saul berikhtiar membunuhnya di  1 Samuel 19:18. Saya cari arti kedua kata tadi di e-sword. Rama artinya high place, sedangkan Nayot artinya to rest (as at home); home of God (temple). Jadi  secara keseluruhan Rama dan Nayot itu berbicara tentang tempat dimana Tuhan berada atau hadirat Tuhan.  

Di ayat selanjutnya dikatakan akhirnya Saul mengetahui keberadaan Daud di Nayot, dekat Rama. Saul menyuruh orang-orangnya ke sana, eh orang-orangnya ikut kepenuhan seperti nabi. Lalu Saul sendiripun pergi ke sana, dia pun ikutan kepenuhan seperti nabi. Yang bisa saya pelajari dari kisah itu adalah tempat teraman untuk kita bersembunyi adalah The Presence Of God. Tak ada tempat yang lebih secure dari itu karena di sana setan tidak punya daya untuk menghancurkan kita.

 Balik ke topic, pada saat itu, ketika Tuhan kasih peringatan itu yang ada di benak saya adalah Ah sakitnya pasti tidak seberapa, pasti bisa dijalani dengan baik, semua masalah pasti ada jalan keluarnya

Hari demi hari berlalu, sedikit demi sedikit harga itupun harus dibayar.  Mungkin saya belum bisa crita apa yang sesungguhnya terjadi, but oneday pasti diceritain. Kesesakan itu benar-benar mengajari saya untuk lebih rendah hati lagi karena Padang gurun memang cara Tuhan untuk menggodok hidup kita untuk hidup rendah hati.

Ada masa-masa dimana saya benar-benar merasa semua gelap, udah hancur, putus pengharapan, udah melakukan hal yang salah. Saya pasti gak bisa bangkit lagi, Tuhan sudah meninggalkanku, Dia sudah membiarkan aku terjatuh. Saya hanya bisa nangis dan seperti yang Daud alami, saya gak kuat lagi untuk menangis sangking penatnya. Dan seperti yang aku ceritain di atas, saya sampai jungkir-jungkir balik karena pikiran saya tidak mampu lagi meng-handlenya.*ini benaran jungkir balik loh*

Tapi di situ saya belajar bagaimana Tuhan itu mengajari kita seperti induk elang mengajari anaknya terbang. Si induk akan menghempas sarang yang merupakan zona nyaman bagi anaknya, dia didorong keluar oleh induknya. Si anak jatuh berputar-putar, dia berteriak “help………….”, dan batu-batu tajam di bawah tebing siap untuk mengoyak tubuhnya. But, apa yang terjadi, tidak terlambat sedetik pun, dengan sorotan mata yang tajam sang induk segera menyambar dan menyelamatkan anaknya.

Itulah yang aku rasain hari-hari ini, ketika saya hampir kehilangan pengharapan, dengan secepat kilat Dia mengangkat ku kembali. 
Nah waktu dalam kepenatan itu saya pernah ngomong ke Tuhan bahwa saya akan melakukan sesuatu hal yang sebenarnya Tuhan tidak kehendaki, saya katakan saya sudah kecewa, saya marah dan saya benar-benar tidak bisa mengontrol pikiran saya. Dan pada saat itu (maaf kalau agak sedikit jorok) saya mengalami menstruasi hampir tiga minggu sangkin saya begitu stress.

 But God is a faithful God, He knew that it was the lowest point in my life. Dan waktu itu Tuhan ngomong begitu kuat dalam hati saya “Percayalah kepada TUhan dengan segenap hatimu dan jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri.” Tiba-tiba saja jiwa saya seperti Tuhan angkat, Dia memberi pengharapan yang baru, kekuatan yang baru  dan Dia mengingatkan saya bahwa apa yang Tuhan janjikan dalam hidup saya, itu pasti terjadi.

 Nah dalam tulisan Berani Bayar Harga itu kan saya tulis beberapa kalimat-kalimat Firman penguatan, seperti :
  • Walau kau harus berjalan dalam lembah kekelaman, ingatlah Aku gak akan pernah meninggalkanmu
  • Tak ada kemuliaan yang besar tanpa harga yang mahal
  • Ketika engkau tidak melihat tanganKu,  itu bukan berarti Aku meninggalkanmu
  • Aku akan tetapkan langkah-langkahmu, dan masih banyak lagi
Ternyata Firman itu bisa saya gunakan sebagai senjata untuk melawan setiap intimidasi si setan jelek. Firman adalah pedang Roh (Filipi 6:17).  Ada saatnya si iblis jelek mengatakan “Tuhan sudah meninggalkanmu, kesalahanmu sudah terlalu banyak, engkau salah dengar, engkau telah kehilangan banyak kesempatan” dan banyak tudingan lainnya. But, praise God, saya bisa gunakan Firman di atas yang sudah Tuhan taruh dalam hati saya untuk mematahkan dakwaan-dakwaan si setan simelekete.

Terlepas dari itu semua, I can feel in my Spirit, that saya akan istirahat sementara dulu, sebelum saya memulai padang gurun yang baru lagi. Mengapa saya katakan seperti itu?

Nah beberapa minggu yang lalu, saya nonton Film-nya Abraham. Tuhan kan suruh Abraham tuh pergi ke tanah yang akan Tuhan tunjukkan  , suatu negeri yang berlimpah susu dan madunya. Akhirnya dia pergi bersama istri, orang-orangnya dan ternaknya. Mereka tidak tau kemana harus pergi tapi mereka tetap berjalan mengikuti tuntunan Tuhan melalui padang gurun yang panjang. 

Hari demi hari mereka melalui badai pasir, panas terik, dan ternak mereka mulai mati satu per satu. Adakalanya Abraham hampir menyerah dan berkata “Mungkin aku sudah salah dengar.” Tapi, di film ini dikisahkan sarah menguatkan dia kembali. Akhirnya mereka terus berjalan, harus menahan teriknya matahari, harus menghalau badai pasir, bibir mulai pecah-pecah, dan persediaan air mulai habis. 

Dari kejauahan tiba-tiba Abraham melihat seperti pepohonan, dia mengamat-amati dan tiba-tiba dia berlari ke sana. Sesampai di sana Abraham melihat banyak pohon  ada aliran sungai. Dia bersorak dan teriak-teriak. Dia berpikir mereka telah menemukan tanah perjanjian itu. Orang-orangnya yang di belakangpun cepat-epat berlari mendapatkannya. Tapi, apa yang terjadi?

Ternyata itu bukan tanah perjanjian yang Tuhan janjikan, itu hanya tempat istirahat saja karena Tuhan tau mereka sudah sangat kelelahan, Tuhan tau kekuatan mereka sudah hampir habis. Dan kalo perjalanan padang gurun tetap dilanjutkan mereka bisa mati satu per satu. Setelah beberapa hari mereka istirahat di sana, akhirnya mereka melanjutkan perjalanan dan kembali berjalan melalui padang gurun.

Dari Film itu saya bisa rasakan kalo Tuhan lagi ngomong hal yang sama, khususnya buat saya pribadi. Kalaupun nanti saya merasa saya telah menemukan “My Promise Land” saya harus bangun sebuah sikap bahwa itu belum apa yang Tuhan janjikan, tapi aku harus melalui padang gurun yang lain lagi. Dia tau kesesakan - kesesakan yang terjadi dalam hidup saya dan hari-hari ini saya bisa merasakan TUhan seoalah-olah berkata “Udah fen, istirahat dulu, karena di depan masih ada padang gurun lagi loh, siapkan mental ya.”

Belakangan ini,  Firman dalam Keluaran pasal 15-16 tentang perjalanan bangsa Israel menuju tanan peranjian  juga sangat merema dalam hidup saya.  
  •  Di keluaran 15:22 dikatakan “mereka pergi ke padang gurun Syur”. 
  • Lalu di Keluaran 15:27, Firman Tuhan berkata “sesudah itu, sampailah mereka di Elim, di sana ada 12 mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu.” 
  • Selanjutnya dalam Keluaran 16:1 dikatakansetelah mereka berangkat dari Elim, tibalah segenap jemaah Israel di padang gurun sin

Dari ketiga ayat ini saya bisa nangkap kalo Tuhan juga ngomong hal yang sama seperti kisahnya Abraham tadi bahwa setelah melewati padang gurun, Tuhan akan suruh istirahat dulu lalu meneruskan perjalanan lewat padang gurun yang lain sampai “Promise land” itu boleh saya terima. 

Oke ceritanya sampe di sini dulu ya, besok-besok saya akan cerita apa blessing yang saya terima selama proses berjalan melalui padang gurun yang panjang tadi.



Enjoy the season you are in. Shoulder the burden of the season, but look for the blessing of that same season. And when one chapter closes and you enter a new season , leave the last season and embrace the new season God has for you.